TNI ANGKATAN LAUT

Senin, 11 Maret 2013

TNI ANGKATAN LAUT


Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dimulai dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945. BKR kemudian berkembang menjadi beberapa divisi, dimana BKR Laut, salah satu divisi awalnya, meliputi wilayah bahari / laut.


Badan Keamanan Rakyat Laut

Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut) pada tanggal 10 September 1945 oleh administrasi kabinet awal Soekarno menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan Laut di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terbentuknya BKR Laut ini dipelopori tokoh-tokoh bahariawan veteran yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine selama masa penjajahan Belanda dan veteran Kaigun selama masa pendudukan Jepang. Faktor lain yang mendorong terbentuknya badan ini adalah adanya potensi yang memungkinkan untuk menjalankan fungsi Angkatan Laut seperti kapal-kapal dan pangkalan, meskipun pada saat itu Angkatan Bersenjata Indonesia belum terbentuk.


Tentara Keamanan Rakyat Laut

Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal - kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Kepahlawanan prajurit samudera tercermin dalam berbagai pertempuran laut dengan Angkatan Laut Belanda di berbagai tempat seperti Pertempuran Selat Bali, Pertempuran Laut Cirebon, dan Pertempuran Laut Sibolga. Operasi lintas laut juga mampu menyusun pasukan bersenjata di Kalimantan Selatan, Bali, dan Sulawesi. Keterbatasan dalam kekuatan dan kemampuan menyebabkan ALRI harus mengalihkan perjuangan di pedalaman, setelah sebagian besar kapal ditenggelamkan dan hampir semua pangkalan digempur oleh kekuatan militer Belanda dan Sekutu. Sebutan ALRI Gunung kemudian melekat pada diri mereka. Namun demikian tekad untuk kembali berperan di mandala laut tidak pernah surut. Dalam masa sulit selama Pereang Kemerdekaan ALRI berhasil membentuk Corps Armada (CA), Corps Marinier (CM), dan lembaga pendidikan di berbagai tempat. Pembentukan unsur - unsur tersebut menandai kehadiran aspek bagi pembentukan Angkatan Laut yang modern.

Pascapengakuan kedaulatan

Berakhirnya Perang Kemerdekaan menandai pembangunan ALRI sebagai Angkatan Laut modern. Sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), sejak tahun 1949, ALRI menerima berbagai peralatan perang berupa kapal - kapal perang beserta berbagai fasilitas pendukungnya berupa Pangkalan Angkatan Laut. Langkah ini bersamaan dengan konsilidasi di tubuh ALRI, pembenahan organisasi, dan perekrutan personel melalui lembaga pendidikan sebelum mengawaki peralatan matra laut. Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat ini disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut. Peralatan tempur ALRI pun bertambah baik yang berasal dari penyerahan Angkatan Laut Belanda maupun pembeliandari berbagai negara. Penyiapan prajurit yang profesional pun mendapatkan perhatian yang besar dengan pendirian lembaga pendidikan untuk mendidik calon - calon prajurit strata tamtama, bintara, dan perwira, serta pengiriman prajurit ALRI untuk mengikuti pendidikan luar negeri.
Dengan peningkatan kekuatan dan kemampuan tersebut, ALRI melai menyempurnakan strategi, taktik, maupun teknik operasi laut yang langsung diaplikasikan dalam berbagai operasi militer dalam rangka menghadapi gerakan separatis yang bermunculan pada tahun - tahun 1950 hingga 1959. Dalam operasi penugasan PRRI di Sumatera, Permesta di Sulawesi, DI/TII di Jawa Barat, dan RMS di Maluku, ALRI memperoleh pelajaran dalam penerapan konsep operasi laut, operasi amfibi, dan operasi gabungan dengan angkatan lain.

Penambahan kekuatan

Pada saat kondisi negara mulai membaik dari ancaman desintegrasi, pada tahun 1959 ALRI mencanangkan program yang dikenal sebagai Menuju Angkatan Laut yang Jaya. Sampai tahun 1965 ALRI mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh politik konfrontasi dalam rangka merebut Irian Barat yang dirasa tidak dapat diselesaikan secara diplomatis. Berbagai peralatan tempur Angkatan Laut dari negara Eropa Timur memperkuat ALRI dan menjadi kekuatan dominan pada saat itu. Beberapa mesin perang yang terkenal di jajaran ALRI antara lain kapal penjelajah (cruiser) RI Irian, kapal perusak (destroyer) klas 'Skory', fregat klas 'Riga', Kapal selam klas 'Whisky', kapal tempur cepat berpeluru kendali klas 'Komar', pesawat pembom jarak jauh Ilyushin IL-28, dan Tank Amfibi PT-76. Dengan kekuatan tersebut pada era tahun 1960-an ALRI disebut - sebut sebagai kekuatan Angkatan Laut terbesar di Asia.

Trikora

Ada beberapa operasi laut selama operasi pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan sebutan Operasi Trikora itu. Pada awal Trikora digelar, kapal -kapal cepat torpedo ALRI harus berhadapan dengan kapal- kapal perusak, fregat, dan pesawat Angkatan Laut Belanda di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Komodor Yos Soedarso beserta RI Macan Tutul tenggelam pada pertempuran laut tersebut. Peristiwa yang kemudian dikenang sebagai Hari Dharma Samudera itu memacu semangat untuk merebut Irian Barat secara militer. Pada saat itu ALRI mampu mengorganisasikan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Tidak kurang dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut. Gelar kekuatan tersebut memaksa Belanda kembali ke meja perundingan dan dicapai kesepakatan untuk menyerahkan Irian Barat ke pangkuan RI.

Dwikora

Politik konfrontasi RI dalam melawan Neo Kolonialisme dan Imperialisme (Nekolim) dilanjutkan pada Operasi Dwikora untuk menentang pembentukan negara Malaysia. Meskipun unsur - unsur Angkatan Bersenjata RI telah disiapkan dalam operasi tersebut, namun operasi hanya sebatas pada operasi infiltrasi. Prajutir - prajurit ALRI dari kesatuan KKO-AL terlibat dalam tahap ini. Sementara unsur - unsur laut menggelar pameran bendera dalam rangka mengimbangi provokasi oleh kekuatan laut negara - negara sekutu. Operasi Dwikora tidak dilanjutkan seiring dengan suksesi pemerintahan di Indonesia pasca Pemberontakan G 30 S/PKI.
Sejak tahun 1966 ALRI yang kemudian disebut dengan TNI AL mengalami babak baru dalam perjalanan sejarahnya seiring dengan upaya integrasi ABRI. Dengan adanya integrasi ABRI secara organisatoris dan operasional telah mampu menyamakan langkah pada pelaksanaan tugas di bidang pertahanan dan keamanan sehingga secara doktrinal, arah pengembangan kekuatan dan kemampuan setiap angkatan menjadi terpusat. Kegiatan operasi yang menonjol pada kurun waktu 1970-an adalah Operasi Seroja dalam rangka integrasi Timor Timur kepada RI. TNI AL berperan aktif dalam operasi pendaratan pasukan, operasi darat gabungan, dan pergeseran pasukan melalui laut.



Modernisasi

Mulai dasawarsa 1980-an TNI AL melakukan langkah modernisasi peralatan tempurnya, kapal - kapal perang buatan Eropa Timur yang telah menjadi inti kekuatan TNI AL era 1960 dan 1970-an dinilai sudah tidak memenuhi tuntutan tugas TNI AL. Memburuknya hubungan RI - Uni Sovyet pasca pemerintahan Presiden Soekarno membuat terhentinya kerja sama militer kedua negara. Oleh karena itu TNI AL beralih mengadopsi teknologi Barat untuk memodernisasi kekuatan dan kemampuannya dengan membeli kapal - kapal perang dan peralatan tempur utama lainnya dari berbagai negara, diantaranya Korvet berpeluru kendali kelas 'Fatahillah'dari Belanda, Fregat berpeluru kendali klas 'Van Speijk' eks- AL Belanda, Kapal selam klas 209/1300 buatan Jerman Barat, Kapal tempur cepat berpeluru kendali klas'Patrol Ship Killer' buatan Korea Selatan, dan Pesawat Patroli Maritim 'Nomad-Searchmaster'eks-Angkatan Bersenjata Australia.

Kegiatan non-tempur

Pada saat yang sama TNI AL mengembangkan militer non tempur yang berupa operasi bakti kemanusiaan Surya Bhaskara Jaya di berbagai daerah terpencil di Indonesia yang hanya bisa dijangkau lewat laut. Operasi ini berintikan kegiatan pelayanan kesehatan, pembangunan dan rehabilitasi sarana publik, dan berbagai penyuluhan dibidang kesehatan, hukum, dan bela negara. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap tahun hingga sekarang. Sejumlah negara juga pernah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut antara lain Singapura, Australia dan Negara Amerika Serikat. TNI AL juga berupaya menggalakan pembangunan sektor kelautan jauh sebelum Departemen Kelautan terbentuk, khususnya yang berhubungan dengan aspek pertahanan dan keamanan di laut. Kegiatan - kegiatan nyata yang dilakukan TNI AL adalah mendirikan badan - badan pengkajian pembangunan kelautan bersama - sama dengan pemerintah dan swasta di beberapa daerah, program desa pesisir percontohan yangterangkum dalam Pembinaan Desa Pesisir (Bindesir), dan program Pembinaan Potensi Nasional menjadi KekuatanMaritim (Binpotnaskuatmar). Dalam rangka menggelorakan jiwa bahari bangsa, TNI AL menggelar event kelautan skala internasional yaitu Arung Samudera 1995 yang berintikan Lomba Kapal Layar Tiang Tinggi dan perahu layar. TNI AL juga menjadi pendukung utama dicanangkan Tahun Bahari 1996 dan Deklarasi Bunaken 1998 yang merupakan manifestasi pembangunan kelautan di Indonesia.

1990-an

Selama dasawarsa 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal - kapal perang jenis korvet klas 'Parchim', kapal pendarat tank (LST) klas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau klas Kondor.Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih - lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila - flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta. Pembenahan - pembenahan tersebut merupakan bagian dari tekad TNI AL menuju Hari Esok yang Lebih Baik.

Armada Pemukul

Kelas Foto Tipe Nama Kapal Negara Pembuat Catatan
FRIGAT (10 kapal masih bertugas, 1 masih dalam pembangunan, 3 dalam tahap negosiasi dan perbaikan)
Kelas Ahmad Yani Yakhont indonesia.jpg Perusak Kawal Rudal KRI Ahmad Yani (351)
KRI Slamet Riyadi (352)
KRI Yos Sudarso (353)
KRI Oswald Siahaan (354)
KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355)
KRI Karel Satsuit Tubun (356)
 Belanda Merupakan kapal ex Belanda Van Speijk Class yang telah dimodifikasi baik navigasi maupun persenjataannya, salah satunya dengan memasang rudal Yakhont dan C802
Kelas Fatahillah KRI Fatahillah (361).jpg Frigat Ringan Berpeluru Kendali KRI Fatahillah (361)
KRI Malahayati (362)
KRI Nala (363)
 Belanda Perusak Berpeluru Kendali
Kelas Ki Hajar Dewantara KRI Ki Hajar Dewantara (364).jpg Frigat Latih KRI Ki Hajar Dewantara (364) Yugoslavia Digunakan sebagai frigat latih
Kelas SIGMA 10514 Sigma 10514 Defense Studies.JPG Perusak Kawal Rudal SIGMA 10514  Belanda Sedang dibangun dan akan beroperasi mulai awal tahun 2017
Kelas Nakhoda Ragam Nakhoda ragam.jpg Multi Role Light Frigate 3 unit Nakhoda Ragam Class ex Brunei  Britania Raya Berdasarkan pernyataan resmi dari Pejabat TNI AL, ke 3 kapal akan diakuisisi mulai tahun 2013-2014 
KORVET (20 masih bertugas)
Korvet Kelas Sigma KRI Frans Kaiseipo (368).jpg Korvet berpeluru kendali KRI Diponegoro (365)
KRI Sultan Hasanuddin (366)
KRI Sultan Iskandar Muda (367)
KRI Frans Kaisiepo (367)
 Belanda Merupakan Korvet jenis SIGMA (Ship Integrated Modular Approach). Mulai bertugas 2007-2009
Korvet Kelas Parchim CutNyakDien.jpg Korvet Anti Kapal Selam KRI Kapitan Patimura
KRI Cut Nyak Dien
KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376
KRI Imam Bonjol 383
KRI Pati Unus 384
KRI Teuku Umar 385
KRI Silas Papare 386
KRI Hasan Basri 382
KRI Untung Suropati 372
KRI Nuku 373
KRI Lambung Mangkurat 374
KRI Sutanto 377
KRI Sutedi Senoputra 378
KRI Wiratno 379
KRI Tjiptadi 381
 Jerman Merupakan bagian dari pembelian 39 kapal ex-Jerman Timur oleh B.J. Habibie pada tahun 1990-an pada masa pemerintahan Presiden Suharto.
KAPAL SELAM (2 masih bertugas, 3 dalam proses pembangunan)
Kelas Cakra Nanggala.jpg Kapal Selam KRI Cakra (401)
KRI Nanggala (402)
 Jerman Merupakan Kapal selam tipe 209/1300 buatan Jerman
HDW Type 209/1400 Chang bogo class submarine(Type 209;1400)2.jpg Kapal Selam 3 unit HDW Type 209/1400  Republik Korea Kapal Selam kelas changbogo dari korsel, Akan dikirim antara tahun 2015-2018
KAPAL CEPAT RUDAL
Kelas Clurit Kri clurit.jpeg Kapal Cepat Rudal 40 meter KRI Clurit (641)
KRI Kujang (642)
KRI Beladau (643)
 Indonesia Merupakan KCR yang dibuat oleh galangan lokal PT Palindo yang dipersenjatai rudal C-705
Kelas Mandau KRIMandau621.jpg Kapal Cepat Rudal KRI Mandau
KRI Rencong 622
KRI Badik 623
KRI Keris 624
 Republik Korea
KCR-60 KCR-60 PAL Defense Studies.JPG Kapal Cepat Rudal 60 meter 3 unit KCR-60  Indonesia merupakan kapal cepat rudal yang mempunyai panjang 60 meter, yang sekarang ini tengah dibangun di PT PAL.
Kapal Patroli Cepat 57 meter (FPB-57)
Kelas Kakap Kakap 811.jpg Kapal Patroli Cepat VIP(FPB 57 Nav I) KRI Kakap (811)
KRI Kerapu (812)
KRI Tongkol (813)
KRI Barakuda (814)
 Indonesia kapal jenis FPB-57 generasi pertama buatan Lurssen, Vegesack, Jerman yang dilisensikan ke PT PAL. Memiliki fasilitas helipad seukuran helikopter NBO.
Kelas Singa KRI SINGA-651.jpg Kapal Torpedo(FPB 57 Nav II) KRI Andau (650)
KRI Singa (651)
KRI Tongkak (652)
KRI Ajak (653)
 Indonesia kapal jenis FPB-57 generasi kedua buatan Lurssen, Vegesack, Jerman yang dilisensikan ke PT PAL. Mempunyai kemampuan sebagai anti kapal selam dipersenjatai dengan torpedo.
Kelas Pandrong KRI Pandrong.jpg Kapal Patroli Cepat (FPB 57 Nav IV) KRI Pandrong (801)
KRI Sura (802)
 Indonesia kapal jenis FPB-57 generasi IV buatan Lurssen, Vegesack, Jerman yang dilisensikan ke PT PAL. Pada KRI Pandrong telah dipersenjatai dengan rudal C-802.
Kelas Todak KRILayang805.JPG Kapal Patroli Cepat (FPB 57 Nav V) KRI Todak (803)
KRI Hiu (804)
KRI Layang (805)
KRI Lemadang (806)
 Indonesia kapal jenis FPB-57 generasi V buatan Lurssen, Vegesack, Jerman yang dilisensikan ke PT PAL. Dipersenjatai dengan rudal C-802 pada KRI Layang

Armada Patroli

Kelas Foto Tipe Nama Kapal Negara Pembuat Catatan
KAPAL PATROLI CEPAT Aluminium
Kelas Boa BOA.jpg 819 Tedong Naga.jpg Patroli cepat 36 meter Fiberglass KRI Boa
KRI Welang(809)
KRI Suluh Pari (809)
KRI Katon(810)
KRI Sanca(815)
KRI Warakas (816)
KRI Panana(817)
KRI Kalakay(818)
KRI Tedung Nagar(819)
 Indonesia Seluruh kapal dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (fasharkan) TNI AL yang mempunyai panjang 39-40 meter.
Kelas Viper KRI VIPER 820(2).jpg Patroli cepat 40 meter Fiberglass KRI Viper
KRI Piton (820)
KRI Weling(822)
KRI Metacora(823)
KRI Tedung Selar(824)
 Indonesia Seluruh kapal dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (fasharkan) TNI AL yang mempunyai panjang 39-40 meter
Kelas Kobra KRI 867 Kobra.JPG Patroli cepat 36 meter Fiberglass KRI Kobra (867) 867
KRI Anakonda 868
KRI Patola (869)
KRI Taliwangsa (870)
KRI Kalagian
 Indonesia Seluruh kapal dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (fasharkan) TNI AL
Kelas Tarihu KRI Birang.JPG Patroli cepat 40 meter Fiberglass KRI Tarihu 829
KRI Akura 830
KRI Birang (831)
KRI Mulga 832
 Indonesia Seluruh kapal dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (fasharkan) TNI AL
Kelas Krait KRI KRAIT.jpg Patroli cepat 40 meter Aluminium KRI Krait (827)  Indonesia Seluruh kapal dibuat oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (fasharkan) TNI AL
KAPAL PATROLI (SERANG)
Kelas Badau Kri badau.jpg Kapal Patroli (Attack Patrol Boat) KRI Badau (841)
KRI Selawaku (842)
Singapura Kapal patroli hibah dari Brunei Darussalam.
Kelas Sibarau Kri siada.jpg Kapal Patroli (Attack Patrol Boat) KRI Sibarau (847)
KRI Siliman (848)
KRI Sigalu (857)
KRI Silea (858)
KRI Siribua (859)
KRI Waigeo (961)
KRI SIada (862)
 Australia
Kelas Cucut Kri Cucut.jpg Kapal Patroli KRI Cucut (886)
KRI Tenggiri 885
Singapura

Armada Pendukung

Kelas Foto Tipe Nama Kapal Negara Pembuat Catatan
LPD (Landing Platform Dock)
Kelas Makassar Kri makassar-590.PNG Bantu Angkut Personel KRI Makassar 590
KRI Surabaya591
 Republik Korea Keduanya dibangun di Korea Selatan
Kelas Banjarmasin Banda Aceh.jpg Bantu Angkut Personel KRI Banjarmasin 592
KRI Banda Aceh593
 Indonesia Keduanya dibangun di PT PAL Indonesia
Kelas Dalpele KRI dr Soeharso 990.jpg kapal bantu rumah sakit (BRS) KRI DR Soeharso (990)  Republik Korea Kapal ini dulunya bernama KRI Tanjung Dalpele yang difungsikan sebagai LPD. Pengubahan nama dilakukan setelah fungsinya berubah menjadi rumah sakit terapung
Kapal Amphibi
Kelas Teluk Gilimanuk KRITELUKCELUKANBAWANG532.jpg Kapal Angkut Tank KRI Teluk Gilimanuk (531)
KRI Teluk Celukan Bawang 532
KRI Teluk Cendrawasih (533)
KRI Teluk Peleng 535
KRI Teluk Sibolga 536
KRI Teluk Manado 537
KRI Teluk Hading 538
KRI Teluk Parigi 539
KRI Teluk Lampung 540
KRI Teluk Jakarta 541
KRI Teluk Sangkulirang (542)
KRI Teluk Cirebon 543
KRI Teluk Sabang 542
 Jerman Merupakan bagian dari pembelian 39 kapal ex-Jerman Timur oleh B.J. Habibie pada tahun 1990-an pada masa pemerintahan Presiden Suharto
Kelas Teluk Semangka Teluk semangka.jpg Kapal Angkut Tank KRI Teluk Semangka 512
KRI Teluk Penyu 513
KRI Teluk Mandar 514
KRI Teluk Sampit 515
KRI Teluk Banten
516 KRI Teluk Ende 517
 Republik Korea
Kelas LST 1-511 and 512-1152 (LST)
Kapal Angkut Tank KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Amboina 503, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Bone 511  Amerika Serikat LST bekas pakai USA saat Perang Dunia 2
Kelas LST 117 meter (LST) LST 117 Meter rancangan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero). (Foto Berita HanKam).JPG Kapal Angkut Tank KRI
KRI
KRI
 Indonesia Kemenhan memesan 2 LST buatan PT. Dok dan Perkapalan (DKB) Kodja Bahari, Jakarta. Kemenhan juga memesan 1 LST ke PT. Daya Radar Utama
Kapal Penyapu Ranjau
Kelas Kondor KRI Pulau Rimau-724 .jpg Kapal Penyapu Ranjau KRI Pulau Rote 721 KRI Pulau Raas 722 KRI Pulau Romang 723 KRI Pulau Rimau 724 KRI Kelabang 826 KRI Pulau Rondo KRI Pulau Rusa 726 KRI Pulau Rangsang 727 KRI Kala Hitam 828 KRI Pulau Rempang 729  Jerman Merupakan bagian dari pembelian 39 kapal ex-Jerman Timur oleh B.J. Habibie pada tahun 1990-an pada masa pemerintahan Presiden Suharto
Kelas Pulau Rengat Kri 711.jpg Kapal Penyapu Ranjau KRI Pulau Rengat 711, KRI Pulau Rupat 712  Belanda
Kapal Komando
Kelas Multatuli Multatuli.jpg Kapal Komando KRI Multatuli 561




0 komentar:

Posting Komentar

Siapa Anda?